Ramadhan 2025, Refleksi untuk Perubahan



Sahabat, seringkali kita jadi manusia yang suka ikut-ikutan. Kita sibuk mengejar trend. Kita sibuk ingin terlihat ramping, cantik dan kita mengubah suatu hal dari diri sendiri. Awalnya kita tak peduli dengan passion tapi dengan sendirinya kita ikut-ikutan.

Ah, malu rasanya jadi muslim karena sebagai muslim kita belum menerapkan kepribadian seorang muslim.

Kita manusia yang lebih mementingkan gengsi, egois dan tidak konsisten dengan pilihan hidup kita. Padahal semua itu hanyalah semu. Tidak ada artinya. Malah, kita lupa mana hal yang paling urgent dalam hidup kita. 

Di usia yang tidak muda, kita malah berpura-pura seperti orang yang masih muda. Kita tidak mengenal diri sendiri karena sering ikut-ikutan. Oh, tidak. Kita hanya membuang-buang waktu yang sia-sia. 

Kita seringkali tak menyadari, setiap orang itu unik dan punya ciri khas. Kita seringkali terjebak oleh lingkungan toxic yang berkali-kali menjadi polemik bagi diri sendiri. Kita masih saja dimanfaatkan dan tidak menyayangi diri sendiri. 

Ada apa dengan kita? Sering kali kita panik attack dengan kondisi yang ada. Dunia belum runtuh tapi kita sudah overthinking. Apalagi insecure dengan segala hal.

Kita mencoba untuk menghalau segala kemungkinan yang akan terjadi, padahal takdir itu kuasa illahi tak ada satu pun orang yang tahu. Begitu sok tahunya kita.

Jalan sukses setiap orang berbeda-beda. Masihkah kita nyinyir dengan pencapaian orang lain? Andai kita fokus dengan diri sendiri. Saya rasa belum terlambat. Coba kenali diri sendiri, apa yang menjadi potensi diri, lalu kembangkan step by step hingga diri kita menjadi lebih berarti. 

Pengalaman menjadi guru paling berharga. “Hidup cuma sekali, jangan sia-siakan diri. Jadilah pejuang yang cerdas menata masa depan.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Harian Mereguk Ilmu

Perasaan Terbuang, Si Anak Broken Home

Intisari Ilmu, Workshop Guru Menulis “Bukan Hanya Sekadar Tulisan Biasa”