Perasaan Terbuang, Si Anak Broken Home



Dewasa ini, begitu banyak anak-anak broken home yang ditinggalkan. Mereka hidup terlantar tanpa buaian kasih sayang dari orang tua. Imbasnya begitu jelas pada psikisnya. Perasaan tidak berharga dan terbuang, menjadikan mereka liar dan hidup dalam kebencian.

Orang tua yang abai akan mental seorang anak akan menyebabkan rasa dendam dan menyebabkan tumbuhnya luka. Anak yang tumbuh dari kondisi orang tua yang bercerai, merasa terasing dan tidak punya pondasi. Kepada siapa dia mencurahkan segala resah? Tak ada tempat baginya untuk mengadu, tidak ada penjagaan, dan rumah yang nyaman. 

Anak-anak yang hatinya kosong dan terbiasa memendam derita. Tak mampu bersuara atau meminta hak untuk disayangi. Begitu banyak tempaan dalam hidup ini yang harus dia lewati. Bahkan, badai hampir meruntuhkan dunianya.

Dalam hal ini luka pengasuhan akan berdampak buruk pada kondisi batin seseorang. Sehingga dalam titik terendah kehidupan, seseorang dapat membahayakan nyawanya sendiri. Tahukah kamu bahwa remaja mempunyai mental yang rentan terhadap stres? Ya, kebanyakan mereka begitu labil, sehingga mudah terbawa arus pergaulan.

Ketika mereka tumbuh menjadi dewasa, pikiran dan kesadaran akan berubah karena ada pengalaman batin yang dirasakan. Semua pengalaman buruk akhirnya akan menjadi trauma. Tanpa disadari atau tidak, hal ini akan berlangsung selamanya. Seolah terjebak dalam hidup yang tanpa arti atau perasaan tidak berharga.  

Ada tiga hal yang harus dilakukan, jika kamu mengalami trauma masa kecil yakni menerima, memaknai, melepaskan dan mengikhlaskan. Memang sulit melakukan itu semua, tetapi seiring berjalannya waktu, semua proses akan kita lalui. Sehingga kita harus belajar menerima ketentuan takdir illahi, merenung kembali tentang peristiwa yang terjadi dan mengambil hikmahnya.

 Setelah itu, melepaskan semua luka dengan cara ikhlas memaafkan masa lalu yang pernah singgah dalam kehidupan ini.
Jalan hidup masih panjang, tiada guna menyesali dan menyalahkan semua yang terjadi. Jangan terperosok ke dalam luka yang dalam. Sayangi diri sendiri dengan melakukan kegiatan yang positif dalam hidup ini dan berdamai dengan keadaan.

 Hidup hanya sekali, jangan biarkan waktu kita di dunia terbuang percuma untuk menyesali masa lalu yang telah silam. Fokus menata masa depan dan bangkit menjadi pribadi baru yang penuh rasa optimis. Memaknai arti hidup yang sebenarnya karena hidup ini adalah sebuah perjuangan.

Komentar

  1. Perjuangan anak yang mengalami broken home memang ga mudah kak, suami termasuk salah satunya. kebiasaan2 buruk menjadi hal yg layak dilakukan dahulu kala. alhamdulillah sekarang setelah menikah, menjadi pribadi yang lebih baik. karena menerima, memaknai, melepaskan dan mengikhlaskan akan lebih mudah bila ada support sistem si samping c anak yang mengalami broken.

    BalasHapus
  2. Anak anak sangat membutuhkan perhatian oleh orangtuanya, perhatian orangtua kepada anak sangat membantu perkembangan anak kedepannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kota Idaman yang Istimewa

Intisari Ilmu, Workshop Guru Menulis “Bukan Hanya Sekadar Tulisan Biasa”