Trik Menulis Buku Cerita Anak Super Mudah


 

Cerita anak merupakan bacaan untuk anak yang isinya kisah seputar anak-anak yang boleh diceritakan, menghibur, serta sesuai tingkat perkembangan intelektual dan emosi anak. Cerita anak termasuk dalam sebuah karya sastra anak yang mengambil sudut pandang (point of view) anak sebagai tokoh sentral yang bercerita/menulis.

 Tidak menutup kemungkinan, penulis dewasa bisa juga menulis cerita anak dengan cara menjadi tokoh anak tersebut. Konflik yang disajikan dalam menulis cernak juga berpusat pada permasalahan anak-anak, dengan penyelesaian (ending) dari dan untuk anak-anak.

Bacaan anak atau sastra anak adalah genre sastra yang ditulis dan diterbitkan untuk anak-anak. Walaupun demikian, bacaan anak bisa saja disukai serta dibaca remaja dan orang dewasa. Selain itu, sejumlah cerita yang sekarang dianggap klasik, dulunya ditulis untuk orang dewasa.

Jika ingin menulis cerita anak maka kenali kelompok usia yang menjadi target pembaca. Cerita anak sering kali ditulis untuk kelompok usia tertentu. Apakah kamu ingin menulis cerita untuk balita? Atau anak-anak yang sudah lebih tua? Cobalah cari tahu apakah target pembaca adalah anak-anak dengan kelompok usia 2-4, 4-7, atau 8-10 tahun. Penggunaan bahasa, nada/suasana, dan gaya cerita akan berubah berdasarkan kelompok usia yang menjadi targetmu. 

·      Sebagai contoh, jika kamu menulis cerita untuk kelompok anak berusia 2-4 atau 4-7 tahun, Anda perlu menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan kalimat yang sangat pendek.

·      Jika kamu menulis cerita untuk kelompok anak usia 8-10 tahun, gunakan bahasa yang sedikit lebih kompleks dan kalimat yang lebih panjang dari empat atau lima kata.

 

Cerita anak terdiri dari unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik sendiri merupakan unsur cerita yang ada di dalam cerita secara langsung, menjadi bagian, serta ikut membentuk eksistensi dari cerita seperti tokoh, sudut pandang, dan latar belakang cerita.

Sementara unsur ekstrinsik adalah jati diri dari pengarang yang memiliki pandangan hidup bangsa, ideologi, sosial-budaya masyarakat sendiri yang dijadikan sebagai latar dari cerita. Namun, yang akan dibahas di sini kali ini secara lebih lanjut adalah unsur-unsur intrinsik dalam cerita anak.

1. Tokoh

Tokoh adalah unsur yang selalu menarik perhatian serta kesan di dalam cerita anak. Menurut Nurgiyantoro (2005:222) tokoh menjadi fokus perhatian baik dalam karakter ataupun pelukisan fisik. Tokoh cerita merupakan pelaku yang diceritakan atau dikisahkan di dalam cerita melalui alur.

Tokoh dalam cerita anak tidaklah harus manusia, namun juga berupa objek lain dalam bentuk personifikasi manusia ataupun binatang. Tokoh-tokoh cerita anak yang diceritakan sebagai hero atau pahlawan biasanya menjadi yang disukai atau diidolakan oleh anak-anak, misalnya Tsubasa dalam cerita Kapten Tsubasa, kemudian Bawang Putih dalam cerita Bawang Merah dan Bawang Putih.

Tokoh cerita anak juga bisa berupa binatang, dimana selain anak dapat lebih mengenal binatang tersebut, mereka juga ikut belajar mengenai berbagai fakta menarik tentang binatang yang ada di buku tersebut. Salah satu contohnya adalah buku Kumpulan Fabel Hewan Langka Indonesia karya saya.

2. Latar

Latar atau setting bisa diartikan sebagai tumpuan dimana berlangsungnya segala peristiwa serta kisah dalam cerita. Latar ini tidak bisa terjadi tanpa ada kejelasan, terutama dalam cerita anak yang di dalamnya banyak membutuhkan rincian yang menjelaskan apa maupun bagaimana semua peristiwa diceritakan secara konkret. Latar menunjukkan menunjukkan lokasi cerita terjadi, kapan cerita terjadi, serta keadaan masyarakat tempat dimana tokoh berada dan peristiwa terjadi.

3. Alur

Alur dalam teks cerita akan berhubungan dengan segala hal seperti peristiwa, konflik, klimaks hingga bagaimana cerita itu selesai. Sudjiman (1987:29) menyatakan bahwa alur merupakan peristiwa diurutkan sehingga dapat membangun sebuah cerita.

4. Tema

Tema secara sederhana bisa dipahami sebagai gagasan mengikat sebuah cerita. Nurgiyantoro (2005:260) berpendapat jika tema adalah dasar dari pengembangan sebuah cerita. Sementara Keraf (1984:107) menyatakan jika tema adalah amanat utama yang disampaikan penulis lewat karangan (cerita yang dibuat).

5. Sudut Pandang

Menurut Nurgiyanto (2005:284), sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan oleh penulis atau pengarang cerita sebagai sarana untuk penampilan tokoh, tindakan serta peristiwa yang membentuk cerita pada pembaca. Dengan begitu, sudut pandang adalah cara atau strategi yang dipilih oleh penulis secara sengaja untuk mengungkapkan gagasannya dan cerita.

Unsur ekstrinsik dalam buku cerita anak adalah sebagai berikut :

Pengertian unsur ekstrinsik menurut beberapa ahli

Menurut Tjahjno (1988:450), mendefinisikan unsur ekstrinsik sebagai hal-hal yang berada di luar dari struktur karya sastra, tetapi sangat dipengaruhi karya sastra tersebut.

Menurut Nurgiyantoro (2000:24) menyatakan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur luar dalam karya sastra yang memiliki sifat tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme atau bagian terpenting karya sastra.

Menurut Aminuddin (2004:85), unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar dari suatu karya atau cerita, tetapi dapat menentukan bentuk dan isi suatu karya itu sendiri.

Menurut Mido (2016:76), menjelaskan bahwa unsur ekstrinsik adalah latar belakang dan sumber informasi yang tidak bisa diremehkan karena memiliki nilai, arti, dan pengaruhnya.

Menurut Sumasari (2014), unsur ekstrinsik dapat dijelaskan sebagai suatu unsur yang menyusun karya sastra yang bersumber dari luar dan berkaitan dengan aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

Ciri-ciri unsur ekstrinsik menurut beberapa ahli

1. Menurut Kosasih

Menurut Kosasih (2012:72) unsur ekstrinsik terbagi atas :

a. Latar belakang pengarang

Memahami latar belakang pengarang akan membuat kita dapat merasakan pola tulisan yang dituliskannya. Hal ini tentu dapat terlihat melalui motivasi pengarang dalam menulis hingga pandangan dan pemikiran penulis dalam melihat permasalahan kehidupan, pengalaman pribadi ataupun menulis berdasarkan imajinasinya.

b. Kondisi sosial budaya

Kondisi sosial budaya juga mempengaruhi dalam pembuatan karya sastra. Tidak bisa dipungkiri bahwa budaya yang melekat dari sang penulis akan berusaha ia tuangkan baik secara sadar maupun tidak. Karya yang baik memang tidak melupakan kondisi sosial budaya yang melekat.

c. Tempat atau lokasi karya dibuat

Tidak sedikit penulis terkadang menuliskan apa yang sedang berhubungan dengan dirinya. Sehingga faktor tempat atau lokasi bisa saja menjadi alasan dalam rangkaian kalimat hingga menjadi sebuah cerita yang menarik.

2. Menurut Nurgiyantoro

Menurut Nurgiyantoro (2005:24) mengungkapkan unsur ekstrinsik sebagai berikut:

a. Keadaan subjektivitas dari pengarang

Keadaan subjektivitas dari pengarang biasanya menjadi karakter dalam penulisan cerita yang dibuatnya. Keadaan subjektivitas ini biasanya meliputi sikap, ideologi, keyakinan, pandangan hidup dan lain-lain.

b. Biografi pengarang

Tidak sedikit novel atau pada umumnya terdapat beberapa pengalaman pribadi yang penulis coba sisipkan ke dalam ceritanya. Mengaitkan hal tersebut, ternyata riwayat hidup dari pengarang atau penulis dapat menentukan alur cerita juga. Oleh karenanya memahami biografi penulis akan membuat kita untuk mengetahui jalan pikiran penulis  terhadap tulisan yang dibuatnya.

c. Keadaan psikologi

Kondisi psikologi pengarang ternyata juga mempengaruhi penulisannya nih. Jangankan menuliskan sebuah cerita, kondisi apapun juga akan sangat berpengaruh bergantung pada psikis juga. Oleh karenanya, penulisan juga bergantung pada kondisi suasana hati dan pikiran dari si penulis, sehingga lebih kurang keadaan psikologi ini ternyata memiliki peran dalam sebuah tulisan.

Jika kamu menyadari sosok penulis dan tulisannya, mungkin kamu juga akan menyadari bahwa terdapat hubungan diantara keduanya. Biasanya akan terekam juga suasana hati penulis di dalam tulisan tersebut.

d. Keadaan sosial dan lingkungan pengarang

Unsur ekstrinsik yang selanjutnya adalah keadaan sosial dan lingkungan pengarang. Keadaan sosial ini mempengaruhi bagaimana pengarang membuat sebuah karya.

3. Menurut Aminuddin

Menurut Aminuddin (2004:85), unsur ekstrinsik meliputi :

a. Nilai agama

Nilai agama yang dimaksud adalah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita yang memiliki aturan atau ajaran keagamaan atau religi.

b. Nilai moral

Nilai moral merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan etika. Pesan moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis pada pembaca. Moral mempunyai kaitan dengan masalah baik maupun buruk. Dalam cerita anak, pesan moral bisa dikatakan sebagai mengajarkan sesuatu. Adanya pesan moral di dalam cerita bisa dilihat sebagai saran pada suatu perilaku moral secara praktis, tetapi bukan petunjuk khusus untuk anak bertingkah laku.

Jenis-jenis buku cerita anak

1. Catalogue Book (Buku Katalog)

Buku bergambar tanpa kata/cerita. Biasanya tiap halaman diisi oleh gambar benda/aktivitas. Buku katalog biasanya diperuntukkan untuk usia anak 0-6 bulan.

2. Picture Book (Buku bergambar)

Buku cerita anak yang dilengkapi dengan gambar juga kalimat singkat/pendek, biasanya 1-2 kalimat yang saling berhubungan antara gambar dengan kalimat. Picture book diperuntukkan untuk usia anak 7 bulan-4 tahun.

3. Chapter Book

Biasanya juga berupa buku berilustrasi yang dilengkapi dengan teks bacaan yang sudah cukup panjang (lebih dari 1-2 kalimat). Biasanya anak usia 6 tahun ke atas sudah bisa membaca buku cerita dengan subjudul cerita.

4. Komik (komik anak-anak)

Cerita berisi gambar yang biasanya terdapat dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku yang isinya ditujukan untuk anak-anak.

Contoh:

Komik anak Detective Conan, komik anak Doraemon, dll.

5. Ensiklopedia Anak

Buku/karya yang berisi uraian tentang ilmu pengetahuan, disusun menurut abjad dan tema.

Contoh:

-. Ensiklopedia Junior Luar Angkasa

-. Ensiklopedia Junior Transportasi

-. Ensiklopedia Junior Tubuh Manusia

6. Antologi Cernak

Merupakan karya sastra modern yang berkembang pesat saat ini. Antologi cernak biasanya mengambil satu tema yang dikembangkan menjadi sebuah cerita pendek anak.

7. Novel anak/mivel (mini novel)

Novel anak termasuk karya sastra masa kini yang sedang berkembang dan banyak diikutsertakan dalam parade menulis anak. Di dalam novel anak ini biasanya mengangkat tema petualangan dengan segmen pembaca anak-anak usia di atas 9 tahun yang sudah lancar membaca.

8. Batita/Todler, range usia: 1-3 tahun

Biasanya buku yang diberikan berupa buku tanpa kata (hanya gambar). Orang tua sebagai pendamping yang membantu mengarahkan/membacakan. Buku ABCD, buku berhitung termasuk contoh buku cernak untuk usia batita, terdiri atas satu kata (nirkata).

9. Balita, range usia: 3-5 tahun

Buku cerita dengan ilustrasi gambar cocok untuk jenjang usia anak 3-5 tahun. Buku semacam cerita anak dengan isi 1-2 kalimat yang dibacakan oleh pendamping (baca: orang dewasa).

 10. Preschool, range usia: 5-6 tahun

Buku cerita yang sudah didesain dan digabungkan: ilustrasi gambar dan beberapa kalimat pendek. Pada tahap ini, anak belajar sebagai pembaca awal yang mengenal huruf serta merangkai kata sederhana.

 11. School primary, range usia: 6-7 tahun

Tiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Begitu pula perkembangan dalam membaca dan menulis. Dalam rentang usia 6-7 tahun, masa anak-anak sudah memasuki usia sekolah dasar (SD). Biasanya, anak yang perkembangannya pesat di usia 4-5 tahun yang sudah bisa membaca 1-2 kalimat, akan lebih mudah untuk melanjutkan dengan bacaan berupa paragraf pendek (maks. 6 kalimat). Buku yang diberikan untuk anak bisa berupa buku dengan ilustrasi gambar juga buku konsep (buku pelajaran).

Selanjutnya, range usia 8-12 tahun, termasuk juga usia school primary, di mana anak sudah menjadi pembaca lanjutan. Artinya, anak sudah mengenal bacaan berupa mini novel anak, antologi cerita anak, cerita fantasi, dll. Peran orang tua juga sangat dibutuhkan untuk mendampingi anak.

12. Teenagers, usia di atas 12 tahun

Memasuki usia remaja, anak di atas usia 12 tahun sudah cakap untuk membaca novel anak, cerita bersambung anak, ensiklopedia anak yang tersusun sistematis, alfabetis, dan jumlah paragraf lebih dari 6 kalimat.

Karakteristik dalam Cerita Anak

Dalam menulis cernak, penulis memang terbatas untuk leluasa menuangkan segala imajinasi. Dalam hal ini, penulis dewasa yang berperan menjadi penulis cernak ataupun tokoh anak terbatas pada hal-hal yang tidak berkaitan dengan dunia anak-anak. Adapun karakteristik menulis cernak, di antaranya, seperti yang diambil dari berbagai sumber:

1.  Cara penyampaian cerita yang ditulis

Berbeda dengan novel dewasa, karya sastra anak memiliki gaya penyampaian bahasa yang berbeda tentunya. Bahasa sederhana, kata-kata yang tidak sulit, kalimat yang pendek membuat anak-anak tidak kesulitan membaca sebuah cernak.

2. Mudah untuk dipahami

Seperti tertera pada poin pertama, menggunakan bahasa sederhana dalam menulis cernak untuk menyampaikan isi cerita agar anak-anak dengan mudah memahami situasi, isi, serta kondisi kisah yang dibukukan dalam karya cernak.

3. Memberi pesan moral tanpa 'menggurui'

Bagaimana cara penulis mengolah narasi atau dialog dalam cernak agar amanah yang ingin disampaikan tidak terkesan menggurui, teksbook? Nah, disinilah peran penulis cernak bermain olah kata. Narasi ataupun dialog yang dijabarkan bisa saja melalui contoh yang dekat dengan dunia anak-anak tersebut. Contoh dalam cerita Faza yang dicontohkan rajin mengaji serta salat tarawih di masjid oleh bundanya.

Seorang penulis cernak tentunya mengetahui dengan tepat, apa yang akan ditulis dalam cernak diharapkan akan memberi pengaruh positif bagi pembaca cilik dan mengajarkam nilai-nilai kehidupan yang baik dari cerita tersebut. Penulis cernak yang mumpuni adalah penulis yang bisa mengemas kata-kata lisan lalu menuangkan ke dalam tulisan cernak dengan bahasa yang baik tanpa menyuguhkan adegan showing penuh erotis, SARA, dll.

5. Mengenalkan konsep kehidupan

Dunia anak-anak menurut mereka adalah segalanya dipenuhi keindahan, kebaikan, kebutuhan yang terpenuhi dengan cepat tanpa berpikir panjang seperti halnya orang dewasa. Nah, bagaimana cara penulis cernak mengembangkan tulisan cernak yang berisikan sifat-sifat tidak terpuji yang harus dibuang jauh-jauh? Kuncinya, penulis cernak sanggup untuk menguasai konsep tulisan yang akan ditulis. Penulis bisa menyampaikan lewat contoh sifat tokoh dalam cerita.

Cara Menemukan Ide Menarik Untuk Cerita Anak

Bila penulis sudah mengetahui cerita anak berdasarkan target pasar dan pembaca, maka penulis sudah paham akan menuliskan cerita anak seperti apa. Buku anak mempunyai banyak ragam, dibedakan mulai dari bentuk, sasaran usia, dan ini sangat berpengaruh pada cara penulis membuat cerita.

Membuat cerita anak = menyajikan kisah seru untuk anak + edukasi

- Cerita apa yang akan kita rancang?

- Kenapa cerita itu akan kita tulis?

- Apa keunggulannya?

Maka sebelum menulis cerita anak, kita butuh mengenali diri sendiri :

1. Apa yang membuat penulis semangat menuliskan cerita?

2. Apa yang paling dikuasai penulis?

3. Referensi buku apa yang sudah dimiliki penulis untuk membuat sebuah cerita? (Menguatkan jalan cerita)

 Tips dan Langkah-langkah Membuat Cerita Anak:

1️. Kenali kelompok usia yang menjadi target pembaca

Cerita anak terbagi dalam beberapa kategori sesuai usia. Penggunaan bahasa, nada/suasana, dan gaya cerita akan berubah berdasarkan kelompok usia yang menjadi target pembaca.

Sebagai contoh, jika kita akan menulis cerita untuk anak berusia 2-4 atau 4-7 tahun, gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang pendek. Jika hendak menulis cerita untuk kelompok anak usia 8-10 tahun, dapat menggunakan bahasa yang sedikit lebih kompleks dan kalimat yang lebih panjang dari empat atau lima kata.

2. Pilih tema atau ide cerita. Adanya tema utama pada cerita membantu kita mendapatkan ide.

Fokuslah kepada tema seperti cinta kepada keluarga/teman, kehilangan, identitas, persahabatan, ataupun petualangan, dari sudut pandang anak-anak. Pikirkan cara pandang anak terhadap tema yang dipilih.

            Setelah mendapatkan ide kita menentukan premis yang berisi : Nama tokoh siapa, tujuan keinginannya apa dan halangannnya apa. Misalnya Faza seorang anak berusia 7 tahun yang ingin mendapatkan amalan di bulan suci Ramadan, tapi terhalang oleh temannya Ben yang sering menggodanya untuk makan dan bercanda waktu salat tarawih.

3️. Pilih satu objek biasa dan buatlah objek tersebut menjadi hal yang fantastis.

Pilihlah aktivitas atau kejadian sehari-hari dan tambahkan unsur-unsur unik pada aktivitas/kejadian tersebut. Jadikan satu objek sebagai hal fantastis dengan memasukkan elemen aneh atau magis ke dalamnya. Gunakan imajinasi untuk mencoba melihat hal tersebut dari sudut pandang anak-anak.

4. Buatlah karakter utama yang unik.

Terkadang, cerita anak bergantung kepada karakter utama yang unik dan bisa anak-anak kaitkan dengan dirinya sendiri. Pikirkan tentang jenis karakter yang tidak sering ditampilkan di cerita anak. Buatlah karakter yang unik menggunakan sifat-sifat anak atau orang dewasa yang menarik dan bisa kita temukan di dunia nyata. Contoh karakter Faza yang shalih, qonaah tapi penakut.

5️. Ciptakan satu atau dua sifat/tabiat yang menonjol pada karakter utama.

6. Mulai membuat isi cerita

Buatlah permulaan atau pembuka cerita. Buatlah alur cerita dalam enam bagian, dimulai dari eksposisi atau bagian perkenalan.

Pada bagian ini, kita perkenalkan latar, karakter utama, dan konflik. Mulailah dengan menampilkan nama karakter dan menjelaskan tempat atau lokasi tertentu. Bisa juga ditambahkan rentang waktu saat cerita itu terjadi/sebagai setting waktu. Setelah itu, kita bisa membuat garis besar keinginan atau tujuan karakter, serta rintangan atau masalah yang harus ia hadapi.

Mulailah dengan satu kalimat yang bisa langsung menarik perhatian pembaca. Gunakan gambaran unik mengenai karakter utama sebagai pembuka. Tunjukkan tindakan yang dilakukan karakter tersebut. Bagian pembuka harus menentukan suasana cerita dan memungkinkan pembaca untuk menebak cerita.

7. Tampilkan insiden yang memicu emosi/masalah (awal konflik). Insiden ini merupakan kejadian atau keputusan yang mengubah atau memberikan tantangan pada karakter utama. Insiden ini bisa ditimbulkan/datang dari karakter lain. Jika mau, insiden juga bisa disebabkan oleh institusi/lembaga tertentu (misal, sekolah atau tempat kerja); atau alam (misal, badai atau tornado).

Contoh : Setelah selesai makan, Fawaz menghampirinya.

“Gimana telur ceploknya enak kan?”

            “Iya, enak.”

“Pastilah, ini kan telur si Chila!”

Uhukk!

Tiba-tiba Razka tersedak. Ia sangat terkejut mendengar ucapan Fawaz. Umma langsung menepuk pundaknya dan memberikan segelas air.

            “Kenapa Abang nggak bilang? Sekarang aku gagal menunaikan janji sama Ayah.” Ucap Razka kesal.

 

8. Mulailah tahap penurunan konflik. Pada tahap ini, karakter utama menghadapi hasil keputusannya. Dia mungkin perlu mengubah sesuatu atau membuat keputusan. Karakter utama juga bisa bergabung dengan karakter lain pada tahap alur ini.

Contoh : “Aku nggak mau lama-lama di sini, mending aku pergi.” Kayis perlahan menjauh.

Sikap Kayis membuat Fasya kecewa karena saat itu Kayis bukannya meminta maaf, tapi malah kabur dengan wajah mengejek.

Fasya panik melihat Rezki begitu emosi, dia pun menepuk punggung Rezky dan menunggu sampai tangisnya berhenti.

“Kenapa tadi kamu tidak membalas Kayis?” tanya Fasya heran.

“Kamu ingat tidak Kay, nasihat dari Pak Amran waktu di kelas tadi pagi? Dia bilang, ada sebuah hadits dari Abu Daud yang berbunyi, jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.”

Fasya mengangguk dia tak menyangka, ternyata sahabatnya begitu tabah. Fasya meneteskan air mata haru.

“Hari ini kamu tidak usah bayar, bawa saja uangmu. Aku ingin berbagi denganmu.”

“Tapi, kamu sedang mengalami masa sulit, bagaimana bisa es ini gratis?” tanya Fasya heran.

“Sudahlah Fasya, aku ini kan sahabatmu. Jadi kamu jangan merasa sungkan. Terima kasih, ya, kamu masih mau main sama aku, padahal hampir semua anak di kelas kita menjauhiku.”

 “Aku bangga punya sahabat yang sabar sepertimu.” Fasya tersenyum. Dia pun membantu Rezky menjajakan dagangannya keliling kampung.

9. Akhiri cerita dengan resolusi.

Tahap ini berfungsi untuk menutup cerita. Resolusi berfungsi untuk memberi tahu pembaca apakah karakter utama berhasil atau gagal mencapai tujuannya. Mungkin karakter utama di cerita kita berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan, atau justru berkompromi dengan dirinya sendiri (setelah mengalami kegagalan). Yang penting, ending ceritanya harus jelas, jangan sampai menggantung. Contohnya begini :

Keesokan harinya Fasya datang ke rumah Rezky bersama dengan kedua orang tuanya. Dia ingin menolong Rezky. Mama Fasya mengutarakan maksud kedatangannya ke tempat itu.

“Permisi, kenalkan saya Saliha dan ini suami saya Ustaz Salman. Kami orang tua dari Fasya. Apakah Ibu mengijinkan bila kami ingin membiayai sekolah Rezky?”

“Alhamdulillah, tentu saja. Saya terima dengan senang hati. Apalagi, Fasya anak yang baik. Selama ini, hanya dia teman Rezky satu-satunya yang peduli.

Akhirnya Rezky tak lagi berjualan es mambo. Kini dia dan orang tuanya hidup tanpa kekurangan suatu apapun karena telah mendapatkan kasih sayang dari orang-orang yang baik dan menyayangi sesama tanpa pamrih.

Referensi : Dari berbagai sumber pemateri cernak, internet dan buku serta contoh dari cernak naskah saya pribadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perasaan Terbuang, Si Anak Broken Home

Kota Idaman yang Istimewa

Intisari Ilmu, Workshop Guru Menulis “Bukan Hanya Sekadar Tulisan Biasa”