Tips Mudah Menulis Puisi
Pengertian Puisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Puisi atau sajak merupakan
ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima serta penyusunan
larik dan bait. Biasanya puisi berisi ungkapan penulis mengenai emosi,
pengalaman maupun kesan yang kemudian dituliskan dengan bahasa yang baik
sehingga dapat berima dan enak untuk dibaca.
Beberapa para ahli dalam bidang sastra telah menjelaskan pengertian puisi,
salah satunya adalah H.B Jassin, menurut beliau puisi adalah suatu karya sastra
yang diucapkan dengan perasaan dan memiliki gagasan atau pikiran serta
tanggapan terhadap suatu hal atau kejadian tertentu. Sumardi, juga berpendapat
bahwa puisi adalah sebuah karya sastra dengan menggunakan bahasa yang telah
dipadatkan, dipersingkat serta diberi irama bunyi sehingga dan memiliki
kata-kata bermakna kiasan atau imajinatif. James Reeves mengemukakan pula
pengertian puisi. Menurut James puisi adalah ungkapan bahasa yang memiliki kaya
serta daya pikat.
Selain Sumardi, H.B Jassin serta James Reeves, ahli sastra lain yaitu
Herman waluyo berpendapat bahwa puisi adalah suatu karya sastra yang
mengungkapkan pikiran serta perasaan penyair secara imajinatif dan disusun
dengan memfokuskan kekuatan bahasa dalam struktur fisik serta struktur batin. Dari
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dan KBBI dapat disimpulkan bahwa:
Puisi adalah karya sastra yang berisi tanggapan serta pendapat penyair
mengenai berbagai hal. Pemikiran penyair ini kemudian dituangkan dengan
menggunakan bahasa-bahasa apik serta memiliki struktur batin dan fisik khas
penyair. Pemikiran penyair dituliskan dengan menggunakan beragam pemilihan kata
yang indah, sehingga dapat memikat para pembaca. Puisi memiliki nilai estetika
yang berbeda-beda bergantung penulis puisi. Setiap penyair biasanya memiliki
kekhasan dalam menulis puisinya.
Kata Kunci
Irama, Rima, Matra, Bait dan Larik.
Irama
adalah gerakan berturut-turut secara teratur; turun naik lagu (bunyi dan sebagainya)
yang beraturan. Irama sering kali disebut ritme. Matra
adalah ukuran banyaknya tekanan irama. Rima
adalah pengulangan bunyi. Larik adalah bait atau baris dalam sajak dan bait adalah satu kesatuan dalam
puisi/pantun yang terdiri atas beberapa baris. Kesimpulannya puisi itu membuat sebuah karya yang
dipersingkat, dipadatkan, dan berkaitan dengan rima, irama, larik, dan bait. Contoh puisi AAN MANSYUR :
Setiap pagi
Lukislah satu luka dunia
Yang kautemukan di tanganmu
& di mata
istrimu.
Malam hari
Pinjamlah krayon
& mimpi
anak-anakmu
Untuk mewarnainya
Aku Tidak Ingin
Bangun, Tetapi
Aku Tidak Ingin
Terus Bermimpi
Kata
dipadatkan disini nanti ada kaitannya sama
perbedaan prosa dan puisi. Jika dalam
prosa kita menulis harus detail.
Contoh
menggambarkan tentang kamar yang berantakan
Prosa
Baju-baju bekas
pakai berserakan di kasur, lantai, bahkan di meja rias
Puisi
Kamarku pecah
Lihat bedanya dengan satu kata PECAH.
Pembaca sudah bisa
memahami bagaimana keadaan kamar tanpa perlu menjelaskan secara detail. Jadi, di puisi ada puisi lama, baru, dan
kontemporer.
Puisi lama
Terikat sekali
dengan bait, larik, dan rima
Contoh: Pantun
Sedangkan puisi baru ada jenis puisi dengan
2 larik, 3, larik, 4larik, dll ditiap bait dengan jumlah
bait tak terbatas (tidak ada ketentuannya). Nah
sedangkan di puisi kontemporer ada banyak jenis puisi yang tidak terikat dengan
larik dan bait.
Bisa
kita baca puisi contoh di atas. Ada gak
pakai diksi yang susah? Atau kita perlu buka KBBI untul tahu artinya, tapi puisi Aan Mansyur menjadi legenda di
dunia puisi Indonesia.
Lukislah satu luka
dunia
Yang
kau temukan di tanganmu dan di mata istrimu. Puisi ini berisi tentang kesedihan, duka, perjuangan di tangan
seorang laki-laki (Suami) dan Istrinya. Setiap pagi, suami istri yang kehidupannya
susah pasti mulai memikirkan bagaimana makan hari ini, bagaimana cara mencari uang hari ini, bagaimana
ini dan itu. Itu jika kita pahami dengan makna seadanya
dari puisi, tapi jangan salah setiap puisi biasanya
mengandung makna ganda bahkan tripel tergantung
pembacanya.
Jadi. jika kamu membaca puisi, nikmati
saja isinya, rasakan feelnya, tidak perlu memaksakan untuk mengetahui makna sebenarnya. Jadi,
menurut kalian maknanya apa, itulah yang kalian dapatkan. Inilah pesan dari mentor saya semoga bisa dipahami.
Perbedaan
Prosa dan Puisi
Puisi
adalah karya sastra yang memiliki keterkaitan antarunsurnya, yakni irama, rima,
baris, dan bait. Sedangkan prosa adalah karangan bebas yang
tidak terikat oleh banyaknya baris, suku kata, rima, dan irama. Umumnya
prosa digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.
Dalam kesusastraan, prosa disebut juga fiksi.
Puisi
dipandang sebagai karya seni yang indah,
tetapi bisa pula prosais (bersifat prosa). Sedangkan prosa sifatnya lebih informatif, namun terkadang puitis
(bersifat puisi).
Contoh : Prosa
ungu, Prosa Liris.
Kesan : Puisi menimbulkan kesan kondensasi, yakni kesan yang dipadatkan sesuai
imajinasi.
Sementara kesan
dalam prosa berbentuk dispersi. Artinya kesan yang diuraikan atau disebarkan
sesuai pemikiran tertentu.
Puisi
bersifat sugestif dan asosiatif.
Maksudnya puisi mampu membangkitkan perasaan serta menarik perhatian pembaca. Sedangkan
prosa bersifat epis-naratif yang memberi
uraian, informasi, atau penjelasan kepada pembaca melalui isinya.
Puisi
dibuat dengan mencari bahan mentah dan mengolahnya sendiri menjadi bentuk karya
sastra. Sementara prosa, sifat kreatifnya muncul dalam perencanaan serta pelaksanaannya. Bahan
mentahnya sudah tersedia dan tinggal diolah. Puisi
sering menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sementara
prosa cenderung langsung.
Jenis Puisi
Secara umum puisi
terbagi menjadi 3 yaitu puisi lama, puisi
baru dan puisi
kontemporer.
1.
Puisi Lama
Puisi lama adalah jenis dari karya sastra puisi yang
diciptakan oleh nenek moyang sejak zaman dahulu. Dalam puisi lama biasanya
terikat pada baris, bait, rima, irama, dan belum terpengaruh oleh budaya asing.
Maka, penciptaan puisi lama akan terikat oleh berbagai aturan. Aturan-aturan
tersebut adalah:
·
Terdapat persajakan atau rima. Rima adalah
pengulangan bunyi yang terdapat dalam larik sajak.
·
Jumlah kata dalam 1 baris.
·
Jumlah baris dalam 1 bait. Bait adalah satu
kesatuan puisi yang terdiri atas beberapa baris.
·
Banyak suku kata dalam setiap barisnya.
·
Adanya irama (pergantian kesatuan bunyi).
Penciptaan puisi lama biasanya dipengaruhi oleh adanya tradisi keagamaan
dan kebudayaan tertentu. Sama halnya dengan karya sastra lain, puisi lama juga
memuat pesan-pesan kehidupan yang bermanfaat bagi pembaca atau pendengarnya.
Ciri-ciri puisi lama :
·
Anonim (tidak diketahui siapa pengarangnya)
·
Disampaikan dari mulut ke mulut (sastra lisan)
·
Terikat adanya aturan, mulai dari jumlah baris
dalam setiap bait, jumlah suku kata, hingga rima
·
Gaya bahasanya tetap (statis) dan klise
·
Isinya fantastis dan bertema istana sentris
Jenis-jenis puisi lama
1)
Pantun, yaitu bentuk puisi lama yang 1
baitnya terdiri atas empat larik dengan rima akhir ab-ab. Pantun merupakan salah satu bentuk karya sastra
yang terikat dengan aturan. Awal mulanya Pantun adalah sastra lisan, masyarakat
tempo dulu terbiasa berbalas pantun. Mereka mengucapkan langsung secara lisan
tanpa pikir panjang. Namun Seiring waktu berjalan, sekarang dijumpai juga
pantun yang tertulis. Adalah Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau, seorang
sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji yang pertama kali berhasil
membukukan sastra lisan ini. Antologi pantun yang pertama itu diberi berjudul
“Perhimpunan Pantun-Pantun Melayu.”
Ciri unik dari sebuah pantun lain adalah pantun
tidak menyertakan nama penggubahnya (anonim). Hal ini dikarenakan penyebaran
pantun dilakukan dari mulut ke mulut. Pantun juga merupakan puisi lama, yang
sudah melegenda di Nusantara. Nyaris semua daerah memiliki pantun. Pantun
sendiri berasal dari bahasa Minangkabau. Kata aslinya adalah Pantun yang jika
diterjemahkan penuntun.
2) Karmina, yaitu
pantun kilat dimana bentuknya lebih pendek dari pantun.
3) Seloka, yaitu
pantun berkait yang berasal dari Melayu klasik yang berisi pepatah.
4) Gurindam, yaitu
puisi yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari dua baris kalimat
dengan rima yang sama.
6) Syair, yaitu puisi
yang terdiri dari empat baris dengan bunyi akhiran yang sama.
7) Mantra, yaitu
ucapan-ucapan yang dipercaya memiliki kekuatan magis.
Puisi Baru
Puisi baru adalah
jenis puisi yang lebih bebas dibanding puisi lama, baik dalam jumlah baris,
suku kata, maupun rima. Puisi baru bebas,
tapi puisi
baru banyak jenis dan pembagiannya. Berdasarkan
jumlah larik (baris) puisi baru terbagi menjadi delapan bagian yaitu:
Berdasarkan jumlah
larik. Ingat, ya!
larik = baris
Jenis Puisi Baru :
▪︎ Distikon, yaitu puisi yang masing-masing
baitnya terdiri dari 2 larik (puisi dua seuntai)
▪︎ Terzina, yaitu
puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 3 larik (puisi tiga seuntai)
▪︎ Kuatren, yaitu
puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 4 larik (puisi empat seuntai)
▪︎ Kuint,
yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 5 larik (puisi lima
seuntai)
▪︎ Sektet, yaitu
puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 6 larik (puisi enam seuntai)
▪︎ Septima, yaitu
puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 7 larik (tujuh seuntai)
▪︎ Oktaf/Stanza,
yaitu puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari 8 larik (puisi delapan
seuntai)
▪︎ Soneta, yaitu
puisi yang terdiri dari 14 larik ( 4 bait) B1 4 larikB2 4 larikB3 3
larikB4 3 larik
Berdasarkan isi
puisi baru terbagi menjadi tujuh bagian yaitu:
▪︎ Balada
▪︎ Himne
▪︎ Ode
▪︎ Epigram
▪︎ Romansa
▪︎ Elegi
▪︎ Satire
Unsur Intrinsik Puisi
Unsur intrinsik puisi adalah unsur yang terdapat di dalam
karya sastra (puisi). Unsur intrinsik puisi terbagi menjadi dua yaitu, unsur
batin dan unsur fisik. Kita bahas satu per satu, ya!
A. Unsur Batin
Unsur batin puisi terdiri atas empat unsur, yakni tema,
rasa, nada, dan amanat.
1. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang diungkapkan dalam sebuah
puisi. Tema menjadi penentu penyair untuk menentukan diksi dalam
puisi. Contohnya, puisi dengan tema kasih sayang seorang ibu kepada anaknya
akan memiliki diksi yang berbeda dengan puisi bertemakan perjuangan para
pahlawan melawan penjajah.
2. Rasa
Rasa adalah ungkapan atau ekspresi penyair kepada sesuatu
yang dituangkan ke dalam puisi. Pengungkapan tema dan rasa erat
kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya
latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, serta pengetahuan
penyair.
3. Nada
Nada adalah bentuk sikap penyair terhadap pembaca.
Nada memiliki kaitan erat dengan suasana. Penyair dapat
menyampaikan puisi dengan berbagai nada. Misalnya, puisi dengan nada sedih
dapat membuat perasaan pembaca menjadi iba. Tentu saja hal ini dapat
menghadirkan suasana yang penuh kesedihan.
4. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada
pembaca. Melalui puisi yang dibaca, pembaca dapat memperoleh amanat secara tersurat ataupun tersirat.
B. Unsur Fisik
Unsur fisik puisi terdiri atas lima unsur, yakni diksi,
rima, tipografi, imaji, kata konkret, dan gaya bahasa.
1. Diksi
Diksi adalah pilihan kata pada puisi. Fungsi diksi
dalam puisi ada dua, yaitu fungsi estetis dan fungsi
ekspresif. Fungsi estetis berarti diksi berguna sebagai unsur yang memperindah
puisi. Sedangkan fungsi ekspresif berarti diksi berguna sebagai unsur
yang membantu penyair mengungkapkan ekspresi yang dimiliki.
2. Rima
Rima adalah kesamaan nada atau bunyi. Rima tidak hanya
bisa dijumpai pada akhir setiap larik atau baris puisi saja,
tetapi bisa juga berada di antara setiap kata dalam baris.
3. Tipografi
Tipografi adalah wujud estetik pada bentuk penulisan puisi.
Secara umum, sering ditemukan puisi dalam bentuk baris, tetapi ada
juga puisi yang disusun dalam bentuk fragmen-fragmen. Bahkan ada
juga puisi yang ditulis dengan bentuk yang menyerupai apel,
bentuk zig-zag, ataupun model lainnya.
4. Imaji
Penyair juga sering menciptakan pengimajian atau pencitraan dalam
puisinya. Imaji adalah kata atau rangkaian kata yang dapat memperjelas
apa maksud dan tujuan penyair. Pengimajian dilakukan agar puisi mampu menggugah
imajinasi pembaca melalui penginderaan.
5. Kata Konkret
Kata konkret maksudnya adalah keinginan penyair untuk
menggambarkan sesuatu secara lebih konkret atau berwujud. Oleh karena itu,
dipilih kata-kata yang membuat segala hal terkesan dapat disentuh dan
dibayangkan.
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara penyair menggunakan rangkaian kata
dalam mengungkapkan sesuatu. Dalam sebuah puisi, gaya bahasa banyak
dijumpai dalam bentuk rangkaian kata yang bersifat konotatif, berlebihan,
bahkan terkesan merendahkan diri.
Umumnya, setiap penyair memiliki gaya bahasa tersendiri.
Gaya bahasa dalam puisi dapat dilihat melalui majas-majas yang
digunakan. Adapun jenis majas yang sering digunakan dalam puisi antara
lain, majas personifikasi, majas metafora, majas
eufemisme, bahkan tidak jarang penyair menggunakan majas ironi.
Unsur Ekstrinsik Puisi
Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang terdapat di luar
karya sastra (puisi). Unsur ekstrinsik puisi terdiri atas tiga unsur,
yakni unsur biografi, unsur sosial, dan unsur nilai.
Kita bahas satu per satu, yuk!
1.
Unsur Biografi
Unsur biografi adalah unsur yang berkaitan dengan latar
belakang penyair. Latar belakang cukup berpengaruh dalam pembuatan puisi.
Misalnya, penyair yang berasal dari keluarga kurang mampu, ketika membuat puisi
yang isinya mengisahkan tentang kesulitan hidup, dapat lebih memilih diksi yang
merepresentasikan kisah tersebut karena penyair tersebut pernah
mengalaminya secara langsung. Begitu pula puisi dengan tema lainnya.
2.
Unsur Sosial
Unsur sosial adalah unsur yang sangat erat kaitannya
dengan kondisi masyarakat ketika puisi tersebut dibuat. Misalnya, sebuah
puisi dibuat ketika akhir masa orde baru, maka puisi tersebut akan
menggambarkan kondisi masyarakat yang sedang sangat kacau, menggambarkan
keadaan pemerintahan yang sangat carut-marut, atau mengandung sindiran-sindiran
terhadap pemerintah.
3.
Unsur Nilai
Unsur nilai adalah unsur yang berkaitan dengan pendidikan,
seni, ekonomi, politik, sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan sebagainya.
Nilai yang terkandung dalam puisi menjadi daya tarik tersendiri, sehingga dapat
memengaruhi baik buruknya sebuah puisi.
Majas atau Gaya Bahasa
Majas adalah salah satu bentuk gaya bahasa untuk mendapatkan suasana
dalam sebuah kalimat agar semakin hidup. Mudahnya bisa kita pahami bahwa majas itu bisa menjadi
ungkapan yang bisa menghidupkan suatu kalimat. Majas melakukan penyimpangan
dari makna dari suatu kata yang biasa digunakan.
Contohnya seperti di awal artikel tadi,
“tangan kanan”. Tangan kanan jika dilihat dari makna sebenarnya ialah anggota tubuh manusia. Namun, dalam kalimat “Dia
termasuk tangan kanan Pak Budi”, maka makna anggota tubuh pun hilang. Makna
“tangan kanan” berubah menjadi orang kepercayaan.
Jenis-Jenis
Majas
Jenis majas yang ada dalam Bahasa
Indonesia ada sangat banyak, kita akan bahas beberapa saja yang sering muncul.
Secara umum, kita akan membahas macam-macam majas, di antaranya majas
perbandingan, majas sindiran, majas penegasan, dan majas pertentangan.
1.
Majas Perbandingan
Majas perbandingan ini cukup banyak muncul. Majas perbandingan
adalah majas yang membandingkan atau menyandingkan antara
satu objek dengan objek lainnya. Ada pun majas yang termasuk ke dalam majas
perbandingan, antara lain alegori, personifikasi, metafora, metonimia,
asosiasi, hiperbola, simile, antonomasia, pars pro toto, totem pro parte, dan
eufimisme.
2.
Majas Sindiran
Majas sindiran adalah majas yang ditujukan untuk menyatakan sesuatu dengan maksud menyindir. Untuk jenis
majas sindiran yang paling sering muncul di buku sekolah, seperti majas ironi,
sarkasme, dan sinisme.
3.
Majas Penegasan
Majas penegasan adalah majas yang digunakan untuk menyatakan suatu hal secara tegas. Nah, kalau untuk
majas penegasan, di artikel ini nanti akan diberikan contoh dari pleonasme,
repetisi, retorika, aliterasi, metonomia, simbolik, dan paralelisme.
4. Majas Pertentangan
Selanjutnya, majas pertentangan adalah majas yang
digunakan untuk mengekspresikan suatu hal dengan cara mempertentangkan dengan
hal yang lainnya. Nah, majas pertentangan ini dibagi menjadi majas litotes, antitesis,
dan paradoks.
Contoh
Macam-Macam Majas
Sekarang, langsung saja kita masuk ke contoh dari
macam-macam majas yang sudah disebutkan di atas tadi.
Majas Perbandingan
1.
Majas Alegori
Majas alegori adalah majas yang menyatakan dengan ungkapan kiasan atau penggambaran.
Contoh: Hidup itu seperti roda berputar, kadang di atas,
kadang pula di bawah.
2. Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan antara manusia dengan benda mati,
seolah-olah benda tersebut memiliki sifat layaknya manusia.
Contoh: Deburan ombak memecah karang.
3.
Majas Metafora
Majas metafora ini merupakan majas yang memakai analogi atau perumpamaan terhadap dua hal
yang berbeda.
Contoh: Anak itu dikenal sebagai kutu buku di kelasnya.
4.
Majas Metonimia
Majas metonomia ini menyatakan suatu hal dengan memakai kata lain yang punya keterkaitan (misalnya
sebuah merek dagang).
Contoh: Jamaah haji Indonesia pergi ke Makkah menggunakan
Garuda.
5. Majas Asosiasi
Majas asosiasi digunakan untuk membandingkan perasaan atau emosi dengan suatu
objek, simbol, atau situasi yang berbeda.
Contoh: Suara hujan mengingatkanku pada kesegaran dan
ketenangan.
6.
Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang menggunakan ungkapan yang berlebihan dan tidak
masuk akal.
Contoh: Dentuman itu menggelegar membelah angkasa.
7. Majas Simile
Majas simile adalah majas yang digunakan untuk
membandingkan dua hal yang berbeda, menggunakan kata ‘seperti’ atau
‘sebagai’.
Contoh: Kulitnya putih seperti salju.
8. Majas Antonomasia
Majas antonomasia biasanya menggunakan nama atau gelar yang
mewakili orang atau sesuatu yang lebih spesifik, untuk menyampaikan ide atau
perasaan secara implisit.
Contoh: “Bapak Proklamator” mengacu pada Soekarno sebagai
proklamator kemerdekaan Indonesia.
9.
Majas Pars Pro Toto
Majas pars pro toto adalah majas yang menggunakan sebagian unsur/objek untuk menunjukkan keseluruhan
objek.
Contoh: Dari tadi pagi, ia tak menampakkan batang
hidungnya.
10.
Majas Totem Pro Parte
Majas totem pro parte adalah majas yang mengungkapkan keseluruhan objek padahal hanya sebagian objek saja.
Contoh: Indonesia mengalahkan Malaysia dalam pertandingan
sepakbola tadi malam.
11.
Majas Eufimisme
Majas eufinisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus terhadap ungkapan
yang dirasa kasar atau merugikan.
Contoh: Saat ini sedang dibahas penyesuaian tarif tol.
Majas Sindiran
12.
Majas Ironi
Majas sindiran ini digunakan dengan cara menyembunyikan
fakta dan mengatakan hal yang sebaliknya.
Contoh: Suaranya sangat merdu sekali seperti kaset kusut.
13.
Majas Sarkasme
Majas sarkasme ini bisa dikatakan sebagai majas sindiran yang kasar.
Contoh: Putih benar wajah kamu, sampai bisa aku sendoki
bedaknya.
14.
Majas Sinisme
Majas sinisme ini lebih bersifat mencemooh atas ide
atau pemikiran.
Contoh: Kamu sudah pintar ‘kan? Kenapa masih bertanya
kepada aku?
Majas Penegasan
15.
Majas Pleonasme
Majas pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada kalimat yang sudah jelas (sebenarnya
tidak diperlukan).
Contoh: Dia sudah turun ke bawah.
16.
Majas Repetisi
Majas repetisi ini merupakan majas pengulangan kata, frasa, atau klausa untuk
mempertegas maksudnya.
Contoh: Awas, tunggu kedatanganku besok! Tunggu!
17. Majas Retorika
Majas retorika ini berbentuk kalimat tanya,
namun tidak memerlukan jawaban. Tujuan kalimat tanya tersebut sebagai penegasan
akan suatu hal.
Contoh: Siapa yang tidak ingin terlahir kaya raya?
18.
Majas Aliterasi
Majas aliterasi adalah majas yang menggunakan pengulangan huruf konsonan pada awal kata.
Contoh: Beli baju biru bersama Budi.
19. Majas Metonomia
Majas metonomia adalah majas yang menggunakan kata atau frasa untuk mewakili suatu objek. Kata yang
digunakan biasanya masih terkait dengan objek tersebut.
Contoh: Yonas dikenal sebagai anak kutu buku di
sekolahnya.
20. Majas Simbolik
Majas simbolik adalah majas yang menggunakan simbol atau lambang untuk
mengekspresikan suatu ide atau perasaan.
Contoh: Mawar merah simbol dari cinta yang romantis.
21. Majas Paralelisme
Majas paralelisme adalah majas penegasan yang menggunakan pengulangan kata. Pengulangan ini memiliki
struktur, ritme, atau gaya yang sama untuk menekankan ide atau perasaan.
Contoh: Siang hari adalah untuk
bekerja, malam hari adalah untuk beristirahat.
Majas Pertentangan
22. Majas Litotes
Majas litotes merupakan majas yang menggunakan
ungkapan penurunan kualitas untuk merendahkan diri.
Contoh: Silakan datang ke gubukku yang kumuh.
23. Majas Antitesis
Majas antitesis adalah majas yang menggunakan dua kata berlawanan untuk
mengungkapkan suatu pertentangan.
Contoh: Dia adalah cahaya dalam kegelapan, juga bayangan
dalam cahaya.
24. Majas Paradoks
Majas paradoks adalah majas yang mengandung
pertentangan antara kenyataan dengan fakta yang ada, tapi pada
kenyataannya mengandung kebenaran.
Contoh: Daerah ini tandus, tetapi penduduknya makmur.
Contoh pusi yang bermajas :
Deru Campur Debu
oleh Chairil Anwar
Sajak putih
Sepi menyanyi,
malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air
kolam jiwa
Dan dalam dadaku
memerdu lagu
Menarik menari
seluruh aku.
Contoh
personifikasi dr Khalil Gibran
Cinta terbaring
dalam jiwa sendirian
tidak akan
mendengar ketika cinta memanggil-manggil.
Cinta melewati kita, merampok dengan
kelembutannya.
Puisi kontemporer
Puisi kontemporer merupakan salah satu jenis puisi yang ada di
Indonesia. Puisi yang satu ini sendiri dapat disandingkan dengan jenis puisi
lainnya, seperti puisi lama dan puisi baru.
Apabila dikaji berdasarkan
bentuknya, struktur puisi kontemporer tidak biasa dan tidak sesuai dengan
prinsip atau aturan yang berlaku untuk puisi konvensional. Seiring berkembang
budaya dan bahasa Indonesia, ada banyak sekali jenis puisi. Hal yang membedakan
setiap puisi biasanya adalah gaya dan ciri-cirinya.
Secara
harfiah, Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI mengartikan kontemporer adalah
waktu kini. Oleh karena itu, berdasarkan arti secara bahasa, puisi kontemporer
dapat diartikan sebagai puisi yang diciptakan pada waktu kini. Puisi ini pada
dasarnya merupakan salah satu bentuk puisi yang berusaha untuk keluar dan lari
dari ikatan konvensional untuk sebuah puisi itu sendiri.
Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa puisi kontemporer dapat
diartikan sebagai bagian dari jenis puisi yang memiliki kemampuan untuk bebas
berekspresi, bebas membuat hingga membentuk kata baru. Meskipun kata yang
digunakan dalam puisi ini bisa jadi tidak dikenal sebelumnya.
Puisi jenis
ini sendiri juga tidak memiliki ikatan oleh baris, bentuk ataupun rima. Hal itu
dikarenakan tujuan penciptaan dari puisi yang satu ini adalah untuk
menyampaikan tujuan dan gagasan. Di Indonesia, ada beberapa tokoh yang
menginisiasi muncul bentuk puisi kontemporer, diantaranya yaitu:
1. Sutardji Calzoum Bachri, terkenal dalam karyanya O,
Amuk, dan O Amuk Kapak
2. Ibrahim Sattah, terkenal dalam kumpulan puisi Hai Ti
3. Hamid Jabbar, terkenal dalam kumpulan puisi Wajah Kita
Ciri-Ciri
Puisi Kontemporer
Ciri-ciri pada puisi biasanya digunakan untuk membedakan
puisi yang satu dengan puisi yang lain. Berikut ini adalah penjelasan dari
delapan ciri-ciri puisi kontemporer, diantaranya yaitu:
1. Puisi kontemporer memiliki bentuk penulisan atau
tipografi yang unik
2. Puisi kontemporer memiliki kebebasan untuk menyimpang
dalam penulisan kata, baris dan bait dari ketentuan puisi pada umumnya
3. Puisi kontemporer biasanya membuat adanya kemacetan
bunyi bahkan hampir tidak bisa dibaca, hal ini dikarenakan penciptaan puisinya
terkadang hanya berupa tanda tanya yang disejajarkan
4. Puisi kontemporer biasanya
menggunakan idiom yang tidak lazim atau inkonvensional
5. Puisi kontemporer lebih
memperhatikan kemerduan bunyi
6. Puisi kontemporer biasanya
banyak melakukan pengulangan kata, frasa dan kelompok kata yang tidak wajar
7. Puisi kontemporer biasanya
mencampurkan kata atau kalimat bahasa Indonesia dengan kata atau kalimat bahasa
lain, baik dari bahasa asing maupun dari bahasa daerah.
8. Puisi kontemporer biasanya
memakai gaya bahasa paralelisme dengan kombinasi gaya bahasa hiperbola
Setelah mengetahui ciri-cirinya, tidak lengkap
rasanya kalau tidak membahas tentang unsur yang menonjol dari jenis puisi yang
satu ini. Berikut ini adalah penjelasan dari unsur-unsur yang menonjol dari
puisi kontemporer, yaitu:
1. Unsur
Tipografi, sebuah teknik penyusunan baris atau bait serta cara penulisan huruf
2.
Enjambemen, pemotongan kalimat atau frase dalam puisi
3.
Unsur Kelakar, kata-kata lucu yang digunakan untuk membuat orang tertawa
Jenis Puisi Kontemporer
Puisi
mantra sendiri merupakan salah satu jenis puisi yang memiliki keterikatan
dengan puisi lama yaitu mantra. Puisi mantra kembali diangkat dan dikenalkan
pertama kali kepada banyak orang oleh penyair, Sutardji Calzoum Bachri.
Ciri-ciri :
a.
Puisi mantra disajikan untuk menimbulkan efek tertentu
b.
Puisi mantra digunakan untuk menghubungkan dengan dunia misteri
c.
Puisi mantra dapat memberikan efek kemanjuran. Salah satu contoh dari puisi
mantra karya Sutardji Calzoum Bachri yakni, sebagai berikut:
Shang Hai
ping
di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau
pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya
pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
2. Puisi Mbeling
Jenis puisi kontemporer yang kedua adalah puisi mbeling.
Kata “mbeling” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti nakal atau
sulit diatur. Sesuai dengan namanya, puisi ini dapat dikategorikan sebagai
salah satu jenis puisi yang liar dan tidak beraturan.
Hal itu bisa dilihat dari beberapa contoh karyanya yang
tidak sesuai dengan ketentuan umum dalam puisi. Oleh karena itu, puisi yang
tidak mengikuti aturan puisi pada umumnya bisa disebut sebagai puisi mbeling.
Ciri-ciri
dari puisi mbeling sendiri ada tiga, yaitu:
a.
Puisi mbeling biasanya memuat kritik sosial untuk pemerintahan
b.
Puisi mbeling bisa juga digunakan untuk membuat sindiran kepada penyair puisi
jenis yang lain
c.
Penyair puisi mbeling mengutamakan unsur kelakar tanpa ada unsur tersirat. Salah
satu contoh puisi mbeling yaitu:
Kesejukan
kesejukan
di tengah kota
pasti AC
kesejukan
di tengah kampung
sepoi angin
yang satu
membuang uang
karena kebutuhan
yang satu
gratis menyehatkan
Pedas
pedas
cabai rawit
semua kecanduan
pedas
harga cabe rawit
haruskah mati kecanduan?
super pedas
ulah sang penguasa
pedas kecanduan
Hoax
hoax
negeri serba hoax
pemberi kebenaran hoax
penyampai bukti hoax
tak sepaham hoax
pembela haq hoax
axHOAXho
3. Puisi Tipografi
Jenis puisi kontemporer yang ketiga ini ada puisi
tipografi. Puisi tipografi merupakan salah satu jenis puisi yang mempunyai
pandangan bahwa bentuk atau wujud fisik puisi dapat memperkuat ekspresi dari
suatu puisi itu sendiri. Puisi tipografi juga memiliki wujud fisik yang
dianggap sebagai salah satu unsur puisi yang memiliki tanda dan makna tertentu.
Pada akhirnya, wujud fisik dari puisi tipografi tidak dapat dilepaskan dari
keseluruhan makna puisi.
Contoh
puisi tipografi yang berjudul cinta:
Cinta
4. Puisi Tanpa Kata
Jenis puisi kontemporer keempat adalah puisi tanpa kata.
Seperti namanya, puisi tanpa kata merupakan jenis puisi yang tidak menggunakan
kata pada saat mengungkapkan ekspresinya. Puisi tanpa kata lebih berfokus pada
penggunaan tanda baca seperti titik, garis, huruf, simbol tertentu, dan lain
sebagainya. Contoh puisi tanpa kata yang berjudul mati:
Mati
———————m—————-
———-a—————————-
—————————-t———-
—————i—————-i!!!!!!!!!!
5. Puisi Minim Kata
Jenis puisi kontemporer yang kelima adalah puisi minim
kata. Hampir sama dengan puisi tanpa kata. Namun, puisi minim kata lebih menggunakan
huruf, dibandingkan kata. Puisi minim kata sendiri dapat didefinisikan sebagai
jenis puisi kontemporer yang tidak terlalu menggunakan banyak kata. Hanya saja,
lebih berfokus pada penggunaan simbol selain kata, misalnya seperti huruf,
garis, bahkan juga tanda baca.
Contoh
puisi minim kata yang berjudul Reformasi:
Reformasi
RR R
RRRRR
R
RRRRRRRRR
RRRRRRRRR
RRRRRRRR
!!
REFORMASI !!
6. Puisi Multi Lingual
Jenis puisi kontemporer yang keenam adalah puisi multi
lingual. Puisi multi lingual sendiri merupakan salah satu jenis puisi yang
lebih banyak menggunakan kata atau kalimat dalam berbagai bahasa, mulai dari
bahasa daerah hingga berbagai bahasa asing. Contoh Puisi Multi Lingual yang
berjudul Merapi:
Merapi
merapi…
gagah bak penguasa
asap putih memayungimu
lebat hutan pengawalmu
sejarah laharmu abadi kini
merapi…
saumpamane
kowe bisa nguri-uri
kabeh sing kaleksana ing tanah Jawi
prilakune manungsa
becik lan ora
marang alam
karunia sang Illahi.
7. Puisi Supra Kata
Puisi supra kata memiliki definisi sebagai salah satu
jenis puisi yang biasanya memakai banyak kata konvensional daripada kata
kekinian. Selain itu, puisi supra kata juga memiliki susunan yang telah banyak
diubah atau dijungkirbalikkan, sehingga dapat melahirkan bentuk kosakata baru
yang belum pernah ada sebelumnya.
Pada puisi supra kata, hal yang cukup ditonjolkan adalah
aspek bunyi dan ritmenya. Hal ini pada akhirnya yang membuat puisi ini
memiliki kemiripan dengan puisi mantra, yang mana keduanya memiliki tujuan
untuk merangsang munculnya suasana magis dari puisi. Contoh puisi supra kata
karya Sides Sudyarto DS yang berjudul Puisi Jaman Bahari:
PUISI
JAMAN BAHARI
GIRISA
Ya
meraja jaramaya
Ya marani niramaya
Ya silapa palasiya
Ya mirado rodamiya
Ya midosa sadomiya
Ya dayuda dayudaya
Ya siyaca cayasiya
Ya sihama mahasiya
8. Puisi Idiom Baru
Jenis puisi kontemporer yang kedelapan adalah puisi idiom
baru. Pengertian dari puisi idiom baru ini adalah puisi yang menjadikan idiom
baru sebagai fokus utamanya. Puisi idiom baru sendiri banyak menggunakan kata
yang diungkapkan cara lebih segar. Hal itu dikarenakan idiom yang ada dalam
puisi ini merupakan idiom yang jarang digunakan. Alhasil, puisi idiom baru
dapat menghasilkan kandungan makna baru dan nyawa baru pada setiap katanya. Contoh
puisi idiom baru yang berjudul Tidak:
Tidak
keheningan
bukanlah sepi
kesepian
bukanlah sunyi
penderitaan
bukanlah luka
pertanyaan
bukanlah ketidakpercayaan
menghilang
bukanlah ketakutan
firasat
jadi pertanda
kau pergi
tuk selamanya!
9. Puisi Konkret
Jenis puisi kontemporer yang kesembilan adalah puisi
konkret. Puisi konkret menjadi salah satu jenis puisi yang memiliki kekuatan
pada bentuk grafiknya. Bentuk grafik dari puisi ini merupakan bentukan dari
banyak kata sehingga menjadikan suatu bentuk citra tertentu.
Selain itu, penyair biasanya ingin mengunakan puisi
konkret untuk menyampaikan makna tertentu. Puisi konkret juga digunakan untuk
menunjukkan keserasian kata-kata sehingga dapat menghasilkan bentuk citra,
seperti bentuk segitiga, kerucut, hingga citra piala. Contoh Puisi Konkret yang
berjudul Doktorandus Tikus I
Doktorandus Tikus I
selusin
toga
me
nga
nga
seratus tikus berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan predikat
sangat memuaskan
Sumber : internet, buku, kelas puisi dll
Komentar
Posting Komentar